Suku Lekon adalah sebuah suku bangsa yang terdapat di kecamatan Alafan, Simeulue di provinsi Aceh. Suku ini terdapat di desa Lafakha dan dan Langi.
Suku ini memiliki bahasanya sendiri yaitu bahasa Lekon. Kedudukan bahasa Lekon masih diperdebatkan sampai saat ini, apakah termasuk salah satu dialek bahasa Devayan atau sebuah bahasa yang berdiri sendiri.
http://id.wikipedia.org/wiki/Suku_Lekon
Suku Lekon, adalah suatu masyarakat adat yang terdapat di kecamatan Alafan kepulauan Simalur (Simeulue) di provinsi Aceh. Suku ini bermukim di desa Lafakha dan desa Langi.
Suku Lekon ini diperkirakan hadir di kepulauan Simalur ini bersama-sama dengan suku Devayan, Sigulai dan Haloban, juga beserta suku Nias, Mentawai dan Enggano, yang pada perjalanan migrasi bangsa Proto Malayan dari daratan Indochina pada sekitar 7000 tahun yang lalu. Tersebar-sebar di beberapa pulau dan kepulauan yang membentuk komunitas suku-suku tersendiri. Tidak diketahui secara pasti, apakah mereka dahulunya berasal dari satu komunitas atau memang sejak awal sudah menjadi beberapa etnis yang berbeda. Tetapi apabila dilihat dari kemiripan bahasa antara bahasa Lekon dengan bahasa Devayan, juga dengan bahasa Nias, diperkirakan dahulunya mereka berasal dari suatu tempat yang sama atau juga berasal dari satu etnis yang sama. Hanya saja, karena telah terpisah-pisah sekian lama, maka bahasa dan adat-istiadat mereka pun mengalami perubahan.
Secara fisik suku Lekon ini berbeda dengan suku Aceh yang menjadi mayoritas di provinsi ini. Karena suku Lekon ini memiliki ciri-ciri fisik berkulit kuning dan bermata agak sipit, yang menunjukkan bahwa mereka termasuk ke dalam ras mongoloid, seperti suku Devayan, Sigulai, Haloban, Nias, Mentawai dan Enggano.
Bahasa Lekon sering dianggap sebagai dialek dari bahasa Devayan, karena terdapat banyak kemiripan dari perbendaharaan kata dan dialek. Bahasa Lekon, saat ini terdesak oleh bahasa Aneuk Jamee yang lebih mudah diucapkan, sehingga mempengaruhi generasi muda Lekon untuk lebih suka berbicara dalam bahasa Aneuk Jamee yang menjadi bahasa pengantar di wilayah kepulauan Simalur ini. Suku Aneuk Jamee, adalah komunitas pendatang campuran suku Minang, Melayu dan Aceh, yang juga telah lama menetap di wilayah ini. Perkembangan suku Aneuk Jamee sangat pesat dalam berkembang biak, sehingga bahasa Aneuk Jamee pun pesat mempengaruhi kehidupan suku-suku asli di kepulauan Simalur ini. Masyarakat suku Lekon selain bisa berbicara dalam bahasa Aneuk Jamee, mereka juga bisa berbicara dalam bahasa Devayan.
Masyarakat suku Lekon, biasanya dalam kegiatan sehari-hari hidup sebagai nelayan, tetapi ada juga yang lebih memilih untuk bertani di ladang. Selain itu mereka juga memelihara hewan ternak seperti ayam, bebek, kambing dan sapi.
protomalayans.blogspot.com
Suku ini memiliki bahasanya sendiri yaitu bahasa Lekon. Kedudukan bahasa Lekon masih diperdebatkan sampai saat ini, apakah termasuk salah satu dialek bahasa Devayan atau sebuah bahasa yang berdiri sendiri.
http://id.wikipedia.org/wiki/Suku_Lekon
Suku Lekon, adalah suatu masyarakat adat yang terdapat di kecamatan Alafan kepulauan Simalur (Simeulue) di provinsi Aceh. Suku ini bermukim di desa Lafakha dan desa Langi.
Suku Lekon ini diperkirakan hadir di kepulauan Simalur ini bersama-sama dengan suku Devayan, Sigulai dan Haloban, juga beserta suku Nias, Mentawai dan Enggano, yang pada perjalanan migrasi bangsa Proto Malayan dari daratan Indochina pada sekitar 7000 tahun yang lalu. Tersebar-sebar di beberapa pulau dan kepulauan yang membentuk komunitas suku-suku tersendiri. Tidak diketahui secara pasti, apakah mereka dahulunya berasal dari satu komunitas atau memang sejak awal sudah menjadi beberapa etnis yang berbeda. Tetapi apabila dilihat dari kemiripan bahasa antara bahasa Lekon dengan bahasa Devayan, juga dengan bahasa Nias, diperkirakan dahulunya mereka berasal dari suatu tempat yang sama atau juga berasal dari satu etnis yang sama. Hanya saja, karena telah terpisah-pisah sekian lama, maka bahasa dan adat-istiadat mereka pun mengalami perubahan.
Secara fisik suku Lekon ini berbeda dengan suku Aceh yang menjadi mayoritas di provinsi ini. Karena suku Lekon ini memiliki ciri-ciri fisik berkulit kuning dan bermata agak sipit, yang menunjukkan bahwa mereka termasuk ke dalam ras mongoloid, seperti suku Devayan, Sigulai, Haloban, Nias, Mentawai dan Enggano.
Bahasa Lekon sering dianggap sebagai dialek dari bahasa Devayan, karena terdapat banyak kemiripan dari perbendaharaan kata dan dialek. Bahasa Lekon, saat ini terdesak oleh bahasa Aneuk Jamee yang lebih mudah diucapkan, sehingga mempengaruhi generasi muda Lekon untuk lebih suka berbicara dalam bahasa Aneuk Jamee yang menjadi bahasa pengantar di wilayah kepulauan Simalur ini. Suku Aneuk Jamee, adalah komunitas pendatang campuran suku Minang, Melayu dan Aceh, yang juga telah lama menetap di wilayah ini. Perkembangan suku Aneuk Jamee sangat pesat dalam berkembang biak, sehingga bahasa Aneuk Jamee pun pesat mempengaruhi kehidupan suku-suku asli di kepulauan Simalur ini. Masyarakat suku Lekon selain bisa berbicara dalam bahasa Aneuk Jamee, mereka juga bisa berbicara dalam bahasa Devayan.
Masyarakat suku Lekon, biasanya dalam kegiatan sehari-hari hidup sebagai nelayan, tetapi ada juga yang lebih memilih untuk bertani di ladang. Selain itu mereka juga memelihara hewan ternak seperti ayam, bebek, kambing dan sapi.
protomalayans.blogspot.com
0 komentar:
Posting Komentar